Minggu, 29 Mei 2016

Asli Indonesia, lho!

Hai bloggers! 
Aku muncul lagi nih.hehe.. Kali ini aku ingin membahas tentang barang-barang asli Indonesia yang aku punya di rumah. Mungkin rata-rata dari kalian semua punya barang-barang ini juga di rumah masing-masing. Aku akan menceritakan mulai dari sejarah singkat hingga harganya. Tenang, aku juga akan menjelaskan kelebihan-kelebihannya kok. Makanya, baca sampai selesai, dijamin nggak bakal nyesel kok;)

1. Tapis Lampung
Barang pertama yang aku punya adalah kain tapis Lampung. Kain ini adalah salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta. Kain ini terbuat dari tenun benang kapas dengan motif bahan sugi, benang emas, atau benang perak yang disulam. Dulunya, kain ini digunakan sebagai sarung atau rok untuk wanita. Namun seiring perkembangan jaman, kain tapis Lampung ini bisa digunakan sebagai baju, kopiah, ataupun hanya dijadikan hiasan dinding. 


Tapis Lampung memiliki beberapa motif khas, tergantung penduduk yang membuatnya. Kain tapis yang dibuat oleh penduduk di daerah pesisir seperti tapis liwa memiliki motif yang lebih luwes dan menunjukkan flora dan fauna. Sedangkan kain tapis masyarakat pepadun (pedalaman) memiliki motif yang lebih primitif, sederhana, dan cenderung lebih kaku. Di antara semua kain khas Sumatera, kain tapis memiliki tekstur yang paling kasar. 


Harga yang dimiliki juga beragam, tergantung lama pengerjaan, motif, penggunaan benang emas, hingga umur kain itu sendiri. Kain tapis yang baru umumnya berkisar pada angka ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Sedangkan jika kain tapis tersebut sudah berumur puluhan tahun, sehelai kainnya dapat mencapai angka ratusan juta rupiah lho!
Memang sih kain ini tergolong mahal, namun menurutku wajar saja karena proses pembuatannya yang rumit, selain itu kain ini juga sangat awet dan tahan lama.

2. Kain Songket
Selain tapis Lampung, ada lagi nih kain yang terkenal dari pulau Sumatera, yaitu kain Songket.

Songket merupakan jenis kain tenunan tradisional masyarakat Melayu. Songket berasal dari bahasa Melayu, yaitu sungkit yang artinya "mengait" atau "mencungkil". Kain ini termasuk ke dalam golongan tenunan brokat. Hampir sama dengan tapis Lampung, Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas, perak, dan benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek yang kemilau.


Songket harus melalui 8 tahap sebelum akhirnya menjadi sehelai kain, dari mulai pewarnaan benang hingga proses penenunan. Proses pembuatan sehelai kain Songket bisa memakan waktu 1-3 bulan, tergantung dari tingkat kerumitan coraknya. Karena para pengrajin tenun biasanya berasal dari desa, maka tidak heran jika motif-motifnya pun kebanyakan flora dan fauna setempat. Dulunya kain Songket didominasi dengan warna merah, tapi pada saat ini warna merah tidak mutlak. Tekstur kain Songket diantara kain Sumatera yang lainnya tergolong berada di tengah, tidak terlalu kasar seperti tapis Lampung, tapi juga tidak sehalus kain Ulos yang berasal dati tanah Batak. 


Biasanya, Songket dijadikan sebagai ikat kepala atau disampirkan di bahu untuk kaum laki-laki, sedangkan untuk kaum perempuan dipakai sebagai baju adat pernikahan orang Melayu atau pakaian untuk acara resmi seperti yang aku punya, atau yang biasa disebut baju kurung. Namun sekarang, penerapan kain ini secara modern amat beragam, dimulai dari tas wanita, penghias ruangan, bahkan kantung ponsel karena motifnya yang unik dan bahannya yang tidak mudah rusak.

Harga kain Songket yang asli juga tidak kalah mahalnya dengan tapis Lampung, lho. Songket pun mencapai jutaan rupiah untuk sehelai kainnya. ckck.. Tapi, ada juga kain Songket yang harganya lebih murah dan terjangkau, tentu dengan bahan yang berbeda dengan kain Songket yang asli (eksklusif).

3. Batik
Selanjutnya barang asli Indonesia yang aku punya adalah kain Batik! Siapa sih yang tidak tahu kain ini? Batik selama ini sudah menjadi salah satu "icon" Indonesia, terutama di bidang fashion. Apalagi, UNESCO telah menetapkan Batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi ( Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity ) sejak 2 Oktober 2009. 

Kata "Batik" itu ada asal-usulnya lho. Sebenarnya, kata "Batik" berasal dari bahasa Jawa "amba" yang artinya "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik". Jaman dulu, Batik merupakan kerajinan yang dikerjakan oleh para kaum perempuan, bahkan membatik dijadikan sebagai mata pencaharian. Tapi tidak hanya di Jawa yang mempunyai batik masing-masing, di setiap daerah di Indonesia memiliki motif batik yang berbeda-beda. Contohnya di Aceh yang memiliki batik Aceh, Batik Cual di Riau, Batik Papua, batik Sasirangan dari  Kalimantan, dan Batik Minahasa. 


Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta. Batik pertama kali diperkenalkan ke dunia oleh presiden kedua kita, yaitu bapak Soeharto. Beliau menggunakan baju Batik pada saat konferensi PBB.


Dulunya, proses pembutan kain Batik hanya melalui satu cara, yaitu dengan cara ditulis di atas bahan berwarna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori menggunakan canting dan malam. Batik tulis ini bisa memakan waktu hingga 2-3 bulan per helainya. Tapi semenjak industrialisasi dan globalisasi yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru pun muncul, dikenal sebagai Batik cap atau Batik cetak. Pembuatan Batik menggunakan teknik cap atau cetak hanya membutuhkan waktu yang sangat cepat dibandingkan Batik Tulis, yakni 2-3 hari per helainya. Namun, kualitasnya masih tetap unggul Batik tulis, walaupun memang harganya juga lebih mahal karena proses pembuatannya yang rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Batik memiliki harga yang berkisar di ratusan ribu rupiah per meternya, tergantung dari kualitas bahannya.

Menurutku, kain ini mempunyai sifat fleksibel dan paling bisa mengikuti perkembangan jaman dibandingkan kain Indonesia yang lainnya. Karena fungsinya yang bermacam-macam, bisa digunakan sebagai pakaian pria maupun dijadikan dress untuk wanita, taplak meja, hiasan dinding, sarung bantal, ikat kepala, daster, seprai, gorden, hingga tas.

4. Tas Khas Kalimantan
Selain kain, aku juga mempunyai sebuah tas yang aku beli di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ketika aku pergi berkunjung ke Banjarmasin, aku tertarik membeli tas ini karena motifnya yang sangat memperlihatkan ciri khas dari Kalimantan. 


Tas ini terbuat dari manik-manik yang disusun membentuk motif Dayak. Tas manik-manik bermotif Dayak itu biasanya berupa tumbuhan dan binatang. Motif-motif itu biasanya menjadi ciri khas orang-orang Dayak yang kerap tinggal di pedalaman hutan Kalimantan sehingga mereka akrab dengan alam. Tas manik-manik bermotif Dayak ini memang sejak lama dijadikan oleh-oleh khas Kalimantan Selatan. Kebanyakan, para pengrajin cinderamata ini adalah para petani yang sedang memiliki waktu luang. Bahan tas yang berupa manik-manik didatangkan dari Pulau Jawa, kemudian diolah menjadi kerajinan tas oleh petani-petani di Kampung Melayu.  


Tas seperti ini sangat mudah ditemukan di toko suvenir yang ada di Kalimantan Selatan. Harganya tidak terlalu mahal, berkisar antara 100.000 hingga 125.000, dan itu pun masih bisa ditawar, lho. Cukup murah bukan untuk sebuah tas yang memiliki kualitas dan bernilai seni tinggi? Tidak hanya berbentuk tas, namun cinderamata seperti ini juga ada yang berbentuk dompet dan sarung hp.

5. Tas Khas Tasikmalaya
Aku juga mempunyai tas lain yang asli dari Indonesia, lebih tepatnya berasal dari kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Kota ini memang sudah tidak asing lagi dengan cinderamatanya yang terbuat dari anyaman dan batok kelapa. Tas yang aku beli ini berbahan dasar batok kelapa yang di potong hingga berbentuk kotak lalu di ukir motif dan di ikat satu-persatu hingga menjadi tas. Motifnya yang cocok untuk anak muda dan ukurannya yang tidak terlalu besar membuatku tertarik membelinya.


Tas berwarna coklat ini memang tidak hanya terdapat di kota Tasikmalaya, tas batok kelapa juga terdapat di kota lain seperti Yogyakarta, Bali, dan Blitar. Namun, masing-masing kota memiliki bentuk tas dan ukiran yang berbeda-beda. Dari bentuk tas yang persegi panjang hingga lingkaran, dan dari yang polos hingga memiliki ukiran bunga atau batik.


Tas ini memang lumayan berat bila dibawa, namun sangat kuat karena batok kelapanya yang sangat tebal dan bila terkena hujan barang-barang didalamnya pun tidak akan basah. Harganya pun terbilang murah dan cocok untuk kantong pelajar atau mahasiswa yang ingin membelinya, yaitu berkisar antara 50.000 hingga 100.000.







Sebenarnya, masih banyak lagi barang-barang asli Indonesia yang ada di rumahku. Tapi sepertinya kelima barang tersebut sudah cukup mewakili barang yang lain. Mungkin di lain kesempatan aku akan membahas barang yang lainnya, oke?:D 

Intinya, barang-barang asli Indonesia memiliki mutu yang tidak kalah dengan barang buatan negara lain. Selain itu, walaupun barang Indonesia memiliki kualitas dan nilai seni yang tinggi, jangan khawatir dengan harganya. Harga yang dimiliki barang Indonesia masih lebih murah lho daripada barang import. Jadi, jangan segan-segan menggunakan produk asli Indonesia ya! Dengan kalian bangga menggunakannya, sama saja kalian mempromosikan Indonesia ke mata dunia.

Sekian dulu untuk sekarang, terima kasih untuk kalian yang sudah mau membaca post ini hingga akhir. Maaf bila banyak kesalahan dan kekurangan yaa.. Sampai bertemu lagi di post berikutnya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar